Nama : Nadira Avnedria
NPM: 16513288
·
Terapi
Humanistik Eksistensialis
1.
Konsep
dasar pandangan humanistik eksisetensi tentang perilaku/kepribadian
Pendekatan ini
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari
diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung
jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam
dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang
lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni
tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam
proses teurapeutik. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi
inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri
berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan
keunikan masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi
apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari
itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan
serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya
2.
Unsur-unsur
terapi
a. Munculnya
Gangguan
Model humanistik kepribadian,
psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep
dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih,
bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini.
Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial
menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi
yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.
Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan
aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari
tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan
klien berpusat terapi.
b. Tujuan Terapi
Ø
Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
Ø
Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
Ø
Membantu
klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
c. Peran Terapis
Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal
berikut :
Ø
Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
Ø
Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
Ø
Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
Ø
Berorientasi
pada pertumbuhan
Ø
Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
Ø
Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
Ø
Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
Ø
Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Ø
Bekerja
kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.
Teknik-teknik
terapi
Untuk terapis
person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada
teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup
terapi, yaitu empathy, positive Regard (acceptance), dan congruence
·
Person
Centered Therapy (Rogers)
1.
Konsep
dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku/kepribadian
Terapi
person centered merupakan model terapi berpusat pribadi yang dipelopori dan
dikembangkan oleh psikolog humanistis Carl R. Rogers. Ia memiliki pandangan
dasar tentang manusia, yaitu bahwa pada dasarnya manusia itu bersifat positif,
makhluk yang optimis, penuh harapan, aktif, bertanggung jawab, memiliki potensi
kreatif, bebas (tidak terikat oleh belenggu masa lalu), dan berorientasi ke
masa yang akan datang dan selalu berusaha untuk melakukan self fullfillment
(memenuhi kebutuhan dirinya sendiri untuk bisa beraktualisasi diri). Filosofi
tentang manusia ini berimplikasi dan menjadi dasar pemikiran dalam praktek
terapi person centered. Menurut Roger konsep inti terapi person centered adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Pendekatan terapi person centered menekankan pada kecakapan
klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah
dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada
pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai
kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya.
2.
Unsur-unsur
terapi
a. Peran Terapis
Menurut
Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan
sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien
melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik –
teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu
klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari
bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan
klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai.
Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin
di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
b. Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan
tujuan- tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari
terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis
memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan –
perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan
perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang
tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali
atau menguraikan dengan kata – kata apa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi
penilaian.
3.
Teknik-teknik
terapi
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik yang spesifik,
sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klienlah yang berperan
penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu, dimana
klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang
sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis memandang klien sebagai narator
aktif yang membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk perubahan yang
positif. Dalam terapi ini pada umumnya menggunakan teknik dasar mencakup
mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-perasaan atau pengalaman,
menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun tidak memasukkan pengetesan
diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya atau menggali informasi.
Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting
daripada teknis.
.
·
Logoterapi
(Frankl)
1.
Konsep
dasar pandangan Franl tentang perilaku/kepribadian
Pandangan Frankl tentang
kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini
merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl
berpendapat manusia harus dapat
menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk
memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu
adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah
prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni
kebebasan berkehendak (Freedom of Will), Kehendak Hidup Bermakna (The Will to
Meaning), dan Makna Hidup (The Meaning Of Life)
2.
Unsur-unsur
terapi
a. Munculnya gangguan / kecemasan
Saat
individu tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu (apapun), karena keinginan
akan mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya
di rasakan berarti dan berharga. Menurut Frankl (2004) terdapat dua tahapan
pada sindroma ketidakbermaknaan, yaitu:
Ø
Frustasi
eksistensial (exsistential frustration) atau disebut juga kehampaan eksistensial
(exsistetial vacuum). Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah
fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam
memenuhi keinginan akan makna.
Ø
Neurosis
noogenik (noogenic neuroses) yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi
eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis tertentu yang
tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan
keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar pada kondisi
fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada
konflik-konflik psikologis.
b. tujuan
terapi
Ø
memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang terlepas dari ras, keyakinan, dan agama yang dianutnya.
Ø
menyadari
bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan,
bahkan terlupakan.
Ø
memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak
kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c. peran terapis
Terapis memberikan sugesti-sugesti
terhadap klien, bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan
sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
3.
Teknik-teknik
terapi
Dalam
logoterapi, klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud,
tujuan, dan makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup
tidak lagi kosong jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat
mendedikasikan eksistensi kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang
memiliki pendekatan klinis yang detail.
Sumber :
Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru :
Daulat Riau
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan
Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Frankl. Emil. (2004). On the theory and therapy of mental
disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis.
Brunner-Routledge 270 Madison Avenue. New York